Tuesday, May 27, 2014

Apa itu ‘CAFÉ RACER’ ?





Assalamu alaikum wr wb.

Kali ini blog Little Wawan kembali mengulas mengenai dunia sepeda motor, karena banyak hal menarik untuk diulas, salah satunya yaitu ‘café racer’, atau bisa diartikan ‘pembalap café’.

Sebenarnya tidak dapat dipastikan kapan café racer ini muncul, apakah tahun 1950an atau 1960an, di daerah Eropa (Inggris, Perancis). Seperti saat ini, pada jaman itu juga sudah ada kompetisi balap motor tingkat dunia maupun tingkat regional. Tentu saja ini memiliki pengaruh pada budaya pengendara motor di jalanan yang juga menyukai gaya balap di motor pribadinya. Banyak dari mereka menerapkan gaya motor balap. Kebetulan mereka juga suka nongkrong di café. Sehingga timbul ejekan dari orang sekitarnya, terutama dari supir truk, pada mereka, dengan panggilan ‘café racer’, maksudnya pemakai motor gaya balap tapi sukanya nongkrong di café, bukan di sirkuit. Café yang terkenal saat itu Ace Café London, café ini masih berdiri saat ini.


Budaya café racer terus berkembang saat itu. para penggemar café racer memodifikasi mesin motornya, sehingga mencapai kecepatan tinggi. Minimal dapat berlari 100 mil perjam (160 km/jam). Bayangkan dengan keterbatasan teknologi otomotif disaat itu sudah mencapai kecepatan seperti itu. 100 mil perjam diberi istilah ‘ton’. Sehingga pemuda café racer juga disebut dengan ‘ton-up boys’.

Kegiatan café racer bukan hanya nongkrong di café, tapi juga balapan. Start balap dimulai saat music rock di juke-box dimulai, lalu mereka melaju secepat mungkin menuju titik tertentu, lalu balik lagi ke café, sebelum music rock di juke-box berakhir. Untuk itu mereka juga disebut dengan istilah ‘rockers’. Saat itu tahun 1960an radio masih jarang digunakan sehingga juke box yang menjadi hiburan music di café. Selain itu terkadang mereka balapan dari kafe tertentu menuju kafe lainnya. Yang kalah balapan mentraktir minuman kepada pembalap yang menang.


Pada awalnya motor yang digunakan adalah buatan Inggris, yaitu Norton, Triumph, BSA, AJS. Terkadang mereka menggabungkan sasis dengan mesin dari merk yang berbeda. Seperti sasis Norton dengan mesin Triumph, disebut ‘Triton’. Atau sasis BSA dengan mesin Triumph, disebut ‘Tribsa’. Dengan perpaduan ini membuat motor menjadi cepat di jalan lurus dan stabil di tikungan.

Ciri khas motor ini, yatu bentuk tangki yang ramping, kadang bagian paha pengendara ditekuk ke dalam tangki sehingga bisa dijepit paha; setir ditekuk ke bawah dan tidak lebar, sehingga posisi duduk merunduk dan mudah selap-selip di jalan kota; pijakan kaki mundur; jok single seat; ada juga yang pakai fairing kecil. Untuk bagian lainnya terkadang dilepas supaya motor jadi ringan. Sehingga motor café racer terasa tidak nyaman, tapi cepat dan ringan.

Café racer bisa dianggap sebagai cikal bakal sportbike modern. Keberadaan mereka membuat pabrikan motor untuk menciptakan motor yang bisa digunakan di jalanan dengan cepat dan stabil di tikungan. Dan akhirnya budaya café racer memudar setelah pabrikan motor bisa menciptakan motor produksi masal yang bisa lari cepat, tanpa perlu melakukan modifikasi.

Itulah sekelumit kisah mengenai café racer, yang ternyata bukan hanya gaya seolah motor balap, tapi memang digunakan untuk balapan dan nongkrong di café, dengan kecepatan minimal 100 mil/jam (160 km/jam).

Apabila ada sobat Little Wawan ingin menambahkan info, silakan dituliskan di kolom komentar. Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan sobat semuanya.



Wassalam.
Salam dari kota pahlawan.

Sumber :

tulisan sebelumnya :

Sunday, May 25, 2014

Red ocean & sejarah motor sport 250 cc



Assalamu alaikum wr wb.

Kali ini blog Little Wawan akan membahasa kelas motor sport 250cc-4 tak di Indonesia. Seperti kita tahu, bahwa saat ini berbagai merk pabrikan motor Jepang di Indonesia mulai konsentrasi di pangsa pasar motor bermesin 250cc-4 tak, yaitu merk Kawasaki, Honda, Suzuki, dan Yamaha.


Booming motor sport bermesin 250cc, didahului oleh masuknya Kawasaki Ninja 250cc pada tahun … Tapi sebenarnya jauh sebelum itu, di Indonesia sudah mengenal motor 250cc, yaitu Suzuki Thunder 250, motor sport naked, yang diproduksi tahun 1999 . Sayangnya, saat itu kondisi pasar motor Indonesia belum siap, sehingga penjualannya agak susah. Selain itu spare partnya terbilang langka dan mahal, konsumen motor cenderung tidak suka hal ini. Suzuki thunder 250 diproduksi sampai tahun 2005.


Di tahun 2008 perusahaan Kawasaki menggebarak pasar dengan Ninja 250R, motor sport berfairing dengan mesin 250cc-twin cylinder. Sebenarnya saat itu bisa dibilang perusahaan Kawasaki bermain sendirian di pasar ini, mungkin bisa dibilang ini adalah pertaruhan besar. Saat itu pasar sedang mengalami kejenuhan dengan motor sport naked, sehingga munculnya motor sport fairing menjadi angin segar bagi konsumen yang ingin tampil beda. Perlahan tapi pasti, penjualan Ninja 250R meningkat, dan menjadi trend pasar tersendiri. Tahun 2012, Ninja 250R memakai pengkabutan injeksi, sebelumnya karburator. Tahun 2012 perusahaan Kawasaki juga menjual motor sport naked Z 250.



Setelah pangsa pasar motor 250cc mulai terbentuk, perusahaan Honda juga memasukkan motor sport fairing, CBR 250R ke Indonesia pada tahun 2011. Speknya dibawah Ninja 250R, karena CBR bermesin 250cc-single cylinder. Tentunya harga dan powernya sedikit lebih rendah. Sayangnya pasar motor sport 250cc kurang tertarik dengan motor ini, ada yang beranggapan bahwa mesin single cylinder sama saja dengan mesin 200cc (Honda Tiger) yang diperbesar bore atau stroke pistonnya. Suara mesin dan knalpotnya juga tidak beda jauh dengan Honda Tiger. Bahkan harga CBR 250R terus naik mendekati harga Ninja 250R. hal ini membuat konsumen semakin tidak berminat terhadap CBR ini.


Tahun 2012, perusahaan Suzuki juga mencoba untuk menjual motor sport 250cc. berbeda dengan Honda dan Kawasaki, Suzuki menghadirkan motor sport naked, bernama Inazuma, bermesin 250cc twin cylinder. Namun konsumen tidak begitu tertarik akan kehadiran motor ini, mungkin karena bentuknya yang kurang sporty, mungkin karena bobotnya yang ‘over’, atau mungkin juga karena masalah surat-surat impornya. Sangat disayangkan.


Pada tahun ini Kawasaki menambah jajaran motor sport 250cc, yaitu Ninja 250 mono (sport fairing) dan Z 250SL (sport naked). Keduanya memakai mesin 250cc single cylinder. Secara spek, kedua motor baru ini setara dengan Honda CBR 250R, namun kedua motor baru ini dijual dengan harga lebih rendah.


Perusahaan Yamaha pun tertarik untuk menjual motor sport 250cc. akhirnya lahirnya R25 dengan mesin 250cc-twin cylinder. Inilah competitor yang pas untuk Ninja 250, karena speknya hampir sama. Bahkan claim pabrikan Yamaha, ini motor baru memiliki power yang lebih besar, bobotnya lebih ringan dibanding Ninja 250. Tentu saja konsumen motor sport bisa beralih pada R25.

Disinilah strategi marketing bisa berubah. Bila sebelumnya Blue ocean strategy, berubah menjadi Red Ocean Strategy. Namun bisa dibagi menjadi 2 kelas, yaitu twin-cylinder dan single-cylinder. Untuk twin-cyl yaitu Ninja 250 & R25. Single-cyl yaitu CBR 250R dan Ninja 250.

Red ocean, strategi penjualan perusahaan dengan mengalahkan saingan mereka, untuk mengambil bagian yang lebih besar dari permintaan produk atau jasa. Produk merupakan komoditas manusia, terjadi persaingan kejam seperti lautan yang berdarah (darah=merah).
Blue ocean, strategi penjualan perusahaan dengan menyediakan barang atau jasa yang tidak ada saat ini tau ruang pasar yang belum diketahui. Dalam blue ocean, permintaan diciptakan bukan diperebutkan, kompetisi belum muncul.

Demikian ulasan sederhana mengenai penjualan motor sport 250cc di Indonesia. Semoga bermanfaat untuk sobat Little Wawan. Terimakasih buat yang sudah meluangkan waktu untuk membacanya. Mungkin ada kritik atau tambahan info, mungkin bisa menuliskan komentar dibawah.

Wassalam.
Salam dari kota pahlawan.

Tulisan sebelumnya :

Friday, May 23, 2014

Menara Arab (Burj Al Arab-Dubai)




Assalamu alaikum wr wb.

Kali ini blog Little Wawan akan menyampaikan sebuah Bangunan unik di tanah Arab. Burj Al arab (Menara Arab) dibangun di Dubai, atas instruksi dari putera Mahkota Dubai Yang Mulia Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, supaya menjadi ‘icon’ kota, layaknya Menara Eiffel atau Sydney Opera House.

Arsiteknya adalah Tom Wright (WKK Arsitek), pengelola desain dan Konstruksi adalah Rick Gregory (WS Atkins), pembangunannya oleh Fletcher Konstruksi, Murray & Roberts, Al Habtoor Engineering.


Bangunan hotel ini didirikan diatas pulau buatan sejauh 280m dari pantai, yang terhubung dengan jembatan. Jadi menara ini terlihat seperti sebuah kapal layar raksasa yang sedang merapat di tepi pantai Jumeirah, Teluk Persia.


Sebelum pekerjaan bangunannya, dibangun dulu dinding penahan air laut untuk membentuk pulau buatan, dengan bentuk seperti sarang lebah dari beton. Pekerjaan pulau buatan selama 3 tahun. Pekerjaan bangunannya kurang dari 3 tahun. Bangunan ini memakai 70.000 m3 beton dan 9.000 ton baja.

Tinggi Bangunan 321 m, hotel tertinggi di dunia pada tahun 1999. Tiang pancang sejumlah 250 buah tertanam 40 m. Dilihat dari atas, bagian dasar terlihat seperti huruf ‘V’, kemudian ditarik garis lurus dan garis melengkung keatas, jadi terlihat seperti paduan kerucut dan limas. Kemudian untuk perkuatannya diberi Struktur horizontal dan diagonal, yang menghubungkan Struktur vertikalnya. 

Pada bagian atasnya dilengkapi dengan helipad atau lapangan tenis outdoor yang menakjubkan, karena berada pada ketinggian 200m dan menjorok keluar. Selain itu juga ada restoran dengan posisi menjorok keluar dengan bentuk melengkung seperti huruf ‘C’. Bagian dalam hotelnya ada atrium setinggi 180m.





Karena berada di tepi laut dan areal terbuka, hotel ini sering mendapat angin yang kencang. Dengan bentuknya yang melengkung mengurangi hambatan angin. Untuk penahan gempa, juga ada 2 peredam massa seberat 2 ton.

Pada sisi menghadap pantai, dipasang dinding kanvas 2 lapis. Fungsinya untuk penahan sinar matahari sekaligus pendingin alami yang memanfaatkan aliran angin yang masuk di dalam 2 lapis kanvas. Pada saat malam, pencahayaan diarahkan kea rah kanvas ini menciptakan efek yang dramatis.

Demikian pembahasan singkat mengenai Burj Al Arab, sebuah Bangunan hotel fenomenal yang layak menjadi ikon baru di dunia arsitektur.

Wassalam.
Salam dari kota Pahlawan.

Sumber :

Tulisan sebelumnya :

Thursday, May 22, 2014

Arsitektur berkelanjutan, Bangunan hijau



Assalamu alaikum wr wb.

Kali ini blog Little Wawan akan kembali membahas dunia arsitektur, yaitu Arsitektur berkelanjutan atau ada yang menyebutnya sebagai Bangunan hijau. Yang dimaksud dengan hijau bukan sekedar warna hijau atau memiliki pohon hijau.

Arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) adalah arsitektur yang berusaha untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan bangunan dengan efisiensi dan moderasi dalam penggunaan bahan , energi , dan ruang pembangunan. Sedangkan Bangunan hijau (green building) yaitu Bangunan yang menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup lingkungan di sekitarnya, dimulai dari desain, pembangunan, pemeliharaan, renovasi, sampai pembongkarannya nanti. Jadi keduanya memiliki makna yang serupa, yaitu keberadaan Bangunan yang meminimalkan efek negative terhadap kelangsungan lingkungan.

Untuk saat ini hal itu menjadi sangat penting, karena kondisi lingkungan global cenderung terus menurun kualitasnya. Penerapan arsitektur berkelanjutan dilakukan dalam berbagai cara, yaitu:
Efisiensi sumber daya alam (air,bahan bakar,angin); mengurangi limbah dan polusi; melindungi kesehatan penghuni dan pekerja proses pembangunan; menjaga keberlangsungan kebutuhan hidup generasi mendatang.

Tidak memakai lahan yang luas
Disadari atau tidak disadari, keberadaan Bangunan pasti merubah kondisi lingkungan alam. Untuk itu diusahakan Bangunan hijau tidak memakai lahan yang luas sehingga tanah alaminya tidak banyak berubah. Kebutuhan ruang bisa diatasi dengan membangun gedung bertingkat, hal ini lebih baik daripada membangun gedung yang luas.


Pemakaian material lokal di lokasi Bangunan
Dalam proses pembangunannya, pekerja konstruksi mungkin harus menggali tanah, mengeluarkan batu, atau menebang pohon yang ada di lokasi. Material yang dikeluarkan tersebut harus semaksimal mungkin dipakai dalam Bangunan yang akan dibangun, tidak dibuang keluar lokasi. Meskipun sebenarnya lebih baik untuk tidak melakukan penggalian tanah,batu dan penebangan pohon.

Mengurangi pemakaian bahan bakar
Dalam proses pembangunan, mungkin dibutuhkan material yang didatangkan dari lokasi yang jauh. Sebenarnya hal ini tidak sesuai dengan prinsip arsitektur berkelanjutan, karena lokasi yang jauh berarti membutuhkan bahan bakar yang banyak untuk proses pengirimannya. Jadi sebaiknya hal ini dihindari.

Sumber energy listrik ramah lingkungan
Pemakaian panel surya merupakan sumber energy listrik yang ramah lingkungan, terutama di daerah khatulistiwa yang berlimpah sinar matahari. Untuk daerah belahan utara, pemasangan panel surya dihadapkan kearah selatan. Untuk daerah belahan selatan, sebaliknya.
Pemakaian turbin angin juga bisa menghasilkan energy listrik. Tapi turbin ini bisa bekerja dengan kecepatan angin minimal 8 mph. sehingga dibutuhkan lokasi yang memiliki kecepatan angin tinggi, seperti daerah berbukit atau terbuka luas.
Dengan pemakaian panel surya dan turbin angin maka pemakaian listrik dari bahan bakar bisa dikurangi. Memang investasinya cukup mahal, tapi untuk kelanjutannya akan terasa lebih ekonomis.



Efisiensi penggunaan cahaya & penghawaan
Untuk Negara beriklim dingin, dibutuhkan ruang dalam yang hangat. Hal ini bisa diatasi dengan pengunaan kaca berukuran besar yang menghadap ke arah sinar matahari. Sehingga sinar matahari bisa menghangatkan ruangan serta memberikan pencahayaan alami di siang hari. Mengurangi penggunaan lampu dari energy listrik. Panas ruangan supaya tidak terbuang keluar, ruang dalam harus terisolasi, tidak ada kebocoran panas.
Untuk Negara beriklim panas, justru dibutuhkan ruang dalam yang dingin. Kaca tidak berhadapan langsung dengan sinar matahari. Pemakaian tabir surya (sun-shading) bisa juga mengurangi efek panas matahari, contohnya dengan grill diluar kaca atau gorden/blind disisi dalamnya. Untuk memasukkan penghawaan alami, sebaiknya diberikan bukaan angin dengan cross-ventilation.
Selain itu juga dibutuhkan pepohonan yang bisa menghasilkan oksigen alami diluar Bangunan dan masuk ke dalam.


Pemakaian material daur ulang/bekas

Untuk proyek renovasi Bangunan tentunya ada material lama yang bisa dipakai lagi, misalnya bongkaran kayu kusen atau atap, bisa dipilih mana yang masih baik kondisinya, kemudian dipakai lagi untuk kusen atau pelapis lantai dari kayu. Di toko material pun kin juga sudah tersedia material dari bahan daur-ulang seperti kayu dan besi/baja. Dengan begitu dapat mengurangi pemakaian bahan yang benar-benar baru.


Pemanfaatan sampah/bekas bongkaran
Sampah dari Bangunan ada yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan lokasi Bangunan. Arsitektur berkelanjutan terbuka terhadap pemanfaatan sampah, seperti pemanfaatan puing-puing bongkaran, bisa untuk urukan dibawah Bangunan atau dibawah halaman. Sedangkan untuk sampah rumah berupa kertas atau daun bisa dimanfaatkan sebagai kompos. Untuk air limbah rumah, bisa didaur-ulang menjadi air yang bisa digunakan untuk menyiram taman.

Demikian tulisan kami mengenai arsitektur berkelanjutan. Semoga bisa bermanfaat.
Buat sobat Little Wawan yang bisa menambahkan tulisan dengan topik yang terkait ,tidak perlu sungkan untuk memberikan komentarnya. Bila sobat menyukainya, bisa dibagikan di media social nya masing-masing, atau diklik gambar ‘jempol’.
Terimakasih.

Wassalam.
Salam dari kota pahlawan.

Sumber :

Tulisan sebelumnya :