Assalamu alaikum wr wb.
Kali ini blog Little Wawan akan kembali membahas dunia
arsitektur, yaitu Arsitektur berkelanjutan atau ada yang menyebutnya sebagai
Bangunan hijau. Yang dimaksud dengan hijau bukan sekedar warna hijau atau
memiliki pohon hijau.
Arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) adalah
arsitektur yang berusaha untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan
bangunan dengan efisiensi dan moderasi dalam penggunaan bahan , energi , dan ruang
pembangunan. Sedangkan Bangunan hijau (green building) yaitu Bangunan yang
menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup
lingkungan di sekitarnya, dimulai dari desain, pembangunan, pemeliharaan,
renovasi, sampai pembongkarannya nanti. Jadi keduanya memiliki makna yang
serupa, yaitu keberadaan Bangunan yang meminimalkan efek negative terhadap
kelangsungan lingkungan.
Untuk saat ini hal itu menjadi sangat penting, karena
kondisi lingkungan global cenderung terus menurun kualitasnya. Penerapan
arsitektur berkelanjutan dilakukan dalam berbagai cara, yaitu:
Efisiensi sumber daya alam (air,bahan bakar,angin);
mengurangi limbah dan polusi; melindungi kesehatan penghuni dan pekerja proses
pembangunan; menjaga keberlangsungan kebutuhan hidup generasi mendatang.
Tidak memakai lahan
yang luas
Disadari atau tidak disadari, keberadaan Bangunan pasti
merubah kondisi lingkungan alam. Untuk itu diusahakan Bangunan hijau tidak
memakai lahan yang luas sehingga tanah alaminya tidak banyak berubah. Kebutuhan
ruang bisa diatasi dengan membangun gedung bertingkat, hal ini lebih baik
daripada membangun gedung yang luas.
Pemakaian material
lokal di lokasi Bangunan
Dalam proses pembangunannya, pekerja konstruksi mungkin
harus menggali tanah, mengeluarkan batu, atau menebang pohon yang ada di
lokasi. Material yang dikeluarkan tersebut harus semaksimal mungkin dipakai
dalam Bangunan yang akan dibangun, tidak dibuang keluar lokasi. Meskipun
sebenarnya lebih baik untuk tidak melakukan penggalian tanah,batu dan
penebangan pohon.
Mengurangi pemakaian
bahan bakar
Dalam proses pembangunan, mungkin dibutuhkan material yang
didatangkan dari lokasi yang jauh. Sebenarnya hal ini tidak sesuai dengan
prinsip arsitektur berkelanjutan, karena lokasi yang jauh berarti membutuhkan
bahan bakar yang banyak untuk proses pengirimannya. Jadi sebaiknya hal ini
dihindari.
Sumber energy listrik
ramah lingkungan
Pemakaian panel surya merupakan sumber energy listrik yang
ramah lingkungan, terutama di daerah khatulistiwa yang berlimpah sinar
matahari. Untuk daerah belahan utara, pemasangan panel surya dihadapkan kearah
selatan. Untuk daerah belahan selatan, sebaliknya.
Pemakaian turbin angin juga bisa menghasilkan energy
listrik. Tapi turbin ini bisa bekerja dengan kecepatan angin minimal 8 mph.
sehingga dibutuhkan lokasi yang memiliki kecepatan angin tinggi, seperti daerah
berbukit atau terbuka luas.
Dengan pemakaian panel surya dan turbin angin maka pemakaian
listrik dari bahan bakar bisa dikurangi. Memang investasinya cukup mahal, tapi
untuk kelanjutannya akan terasa lebih ekonomis.
Efisiensi penggunaan cahaya
& penghawaan
Untuk Negara beriklim dingin, dibutuhkan ruang dalam yang
hangat. Hal ini bisa diatasi dengan pengunaan kaca berukuran besar yang
menghadap ke arah sinar matahari. Sehingga sinar matahari bisa menghangatkan
ruangan serta memberikan pencahayaan alami di siang hari. Mengurangi penggunaan
lampu dari energy listrik. Panas ruangan supaya tidak terbuang keluar, ruang
dalam harus terisolasi, tidak ada kebocoran panas.
Untuk Negara beriklim panas, justru dibutuhkan ruang dalam
yang dingin. Kaca tidak berhadapan langsung dengan sinar matahari. Pemakaian
tabir surya (sun-shading) bisa juga mengurangi efek panas matahari, contohnya
dengan grill diluar kaca atau gorden/blind disisi dalamnya. Untuk memasukkan
penghawaan alami, sebaiknya diberikan bukaan angin dengan cross-ventilation.
Selain itu juga dibutuhkan pepohonan yang bisa menghasilkan
oksigen alami diluar Bangunan dan masuk ke dalam.
Pemakaian material
daur ulang/bekas
Untuk proyek renovasi Bangunan tentunya ada material lama
yang bisa dipakai lagi, misalnya bongkaran kayu kusen atau atap, bisa dipilih
mana yang masih baik kondisinya, kemudian dipakai lagi untuk kusen atau pelapis
lantai dari kayu. Di toko material pun kin juga sudah tersedia material dari
bahan daur-ulang seperti kayu dan besi/baja. Dengan begitu dapat mengurangi
pemakaian bahan yang benar-benar baru.
Pemanfaatan sampah/bekas
bongkaran
Sampah dari Bangunan ada yang bisa dimanfaatkan untuk
kebutuhan lokasi Bangunan. Arsitektur berkelanjutan terbuka terhadap
pemanfaatan sampah, seperti pemanfaatan puing-puing bongkaran, bisa untuk
urukan dibawah Bangunan atau dibawah halaman. Sedangkan untuk sampah rumah
berupa kertas atau daun bisa dimanfaatkan sebagai kompos. Untuk air limbah
rumah, bisa didaur-ulang menjadi air yang bisa digunakan untuk menyiram taman.
Demikian tulisan kami mengenai arsitektur berkelanjutan. Semoga
bisa bermanfaat.
Buat sobat Little Wawan yang bisa menambahkan tulisan dengan
topik yang terkait ,tidak perlu sungkan untuk memberikan komentarnya. Bila sobat
menyukainya, bisa dibagikan di media social nya masing-masing, atau diklik
gambar ‘jempol’.
Terimakasih.
Wassalam.
Salam dari kota pahlawan.
Sumber :
Tulisan sebelumnya :
No comments:
Post a Comment