Thursday, May 22, 2014

Arsitektur berkelanjutan, Bangunan hijau



Assalamu alaikum wr wb.

Kali ini blog Little Wawan akan kembali membahas dunia arsitektur, yaitu Arsitektur berkelanjutan atau ada yang menyebutnya sebagai Bangunan hijau. Yang dimaksud dengan hijau bukan sekedar warna hijau atau memiliki pohon hijau.

Arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) adalah arsitektur yang berusaha untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan bangunan dengan efisiensi dan moderasi dalam penggunaan bahan , energi , dan ruang pembangunan. Sedangkan Bangunan hijau (green building) yaitu Bangunan yang menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup lingkungan di sekitarnya, dimulai dari desain, pembangunan, pemeliharaan, renovasi, sampai pembongkarannya nanti. Jadi keduanya memiliki makna yang serupa, yaitu keberadaan Bangunan yang meminimalkan efek negative terhadap kelangsungan lingkungan.

Untuk saat ini hal itu menjadi sangat penting, karena kondisi lingkungan global cenderung terus menurun kualitasnya. Penerapan arsitektur berkelanjutan dilakukan dalam berbagai cara, yaitu:
Efisiensi sumber daya alam (air,bahan bakar,angin); mengurangi limbah dan polusi; melindungi kesehatan penghuni dan pekerja proses pembangunan; menjaga keberlangsungan kebutuhan hidup generasi mendatang.

Tidak memakai lahan yang luas
Disadari atau tidak disadari, keberadaan Bangunan pasti merubah kondisi lingkungan alam. Untuk itu diusahakan Bangunan hijau tidak memakai lahan yang luas sehingga tanah alaminya tidak banyak berubah. Kebutuhan ruang bisa diatasi dengan membangun gedung bertingkat, hal ini lebih baik daripada membangun gedung yang luas.


Pemakaian material lokal di lokasi Bangunan
Dalam proses pembangunannya, pekerja konstruksi mungkin harus menggali tanah, mengeluarkan batu, atau menebang pohon yang ada di lokasi. Material yang dikeluarkan tersebut harus semaksimal mungkin dipakai dalam Bangunan yang akan dibangun, tidak dibuang keluar lokasi. Meskipun sebenarnya lebih baik untuk tidak melakukan penggalian tanah,batu dan penebangan pohon.

Mengurangi pemakaian bahan bakar
Dalam proses pembangunan, mungkin dibutuhkan material yang didatangkan dari lokasi yang jauh. Sebenarnya hal ini tidak sesuai dengan prinsip arsitektur berkelanjutan, karena lokasi yang jauh berarti membutuhkan bahan bakar yang banyak untuk proses pengirimannya. Jadi sebaiknya hal ini dihindari.

Sumber energy listrik ramah lingkungan
Pemakaian panel surya merupakan sumber energy listrik yang ramah lingkungan, terutama di daerah khatulistiwa yang berlimpah sinar matahari. Untuk daerah belahan utara, pemasangan panel surya dihadapkan kearah selatan. Untuk daerah belahan selatan, sebaliknya.
Pemakaian turbin angin juga bisa menghasilkan energy listrik. Tapi turbin ini bisa bekerja dengan kecepatan angin minimal 8 mph. sehingga dibutuhkan lokasi yang memiliki kecepatan angin tinggi, seperti daerah berbukit atau terbuka luas.
Dengan pemakaian panel surya dan turbin angin maka pemakaian listrik dari bahan bakar bisa dikurangi. Memang investasinya cukup mahal, tapi untuk kelanjutannya akan terasa lebih ekonomis.



Efisiensi penggunaan cahaya & penghawaan
Untuk Negara beriklim dingin, dibutuhkan ruang dalam yang hangat. Hal ini bisa diatasi dengan pengunaan kaca berukuran besar yang menghadap ke arah sinar matahari. Sehingga sinar matahari bisa menghangatkan ruangan serta memberikan pencahayaan alami di siang hari. Mengurangi penggunaan lampu dari energy listrik. Panas ruangan supaya tidak terbuang keluar, ruang dalam harus terisolasi, tidak ada kebocoran panas.
Untuk Negara beriklim panas, justru dibutuhkan ruang dalam yang dingin. Kaca tidak berhadapan langsung dengan sinar matahari. Pemakaian tabir surya (sun-shading) bisa juga mengurangi efek panas matahari, contohnya dengan grill diluar kaca atau gorden/blind disisi dalamnya. Untuk memasukkan penghawaan alami, sebaiknya diberikan bukaan angin dengan cross-ventilation.
Selain itu juga dibutuhkan pepohonan yang bisa menghasilkan oksigen alami diluar Bangunan dan masuk ke dalam.


Pemakaian material daur ulang/bekas

Untuk proyek renovasi Bangunan tentunya ada material lama yang bisa dipakai lagi, misalnya bongkaran kayu kusen atau atap, bisa dipilih mana yang masih baik kondisinya, kemudian dipakai lagi untuk kusen atau pelapis lantai dari kayu. Di toko material pun kin juga sudah tersedia material dari bahan daur-ulang seperti kayu dan besi/baja. Dengan begitu dapat mengurangi pemakaian bahan yang benar-benar baru.


Pemanfaatan sampah/bekas bongkaran
Sampah dari Bangunan ada yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan lokasi Bangunan. Arsitektur berkelanjutan terbuka terhadap pemanfaatan sampah, seperti pemanfaatan puing-puing bongkaran, bisa untuk urukan dibawah Bangunan atau dibawah halaman. Sedangkan untuk sampah rumah berupa kertas atau daun bisa dimanfaatkan sebagai kompos. Untuk air limbah rumah, bisa didaur-ulang menjadi air yang bisa digunakan untuk menyiram taman.

Demikian tulisan kami mengenai arsitektur berkelanjutan. Semoga bisa bermanfaat.
Buat sobat Little Wawan yang bisa menambahkan tulisan dengan topik yang terkait ,tidak perlu sungkan untuk memberikan komentarnya. Bila sobat menyukainya, bisa dibagikan di media social nya masing-masing, atau diklik gambar ‘jempol’.
Terimakasih.

Wassalam.
Salam dari kota pahlawan.

Sumber :

Tulisan sebelumnya :

No comments: