Friday, June 27, 2014

Marhaban ya ramadhan




Assalamu alaikum wr wb.

Hari berganti hari
Bulan berganti bulan
Mungkin ada yang mengganjal di hati
Mari kita ikhlas untuk memaafkan

Telah tiba bulan suci
Saatnya pensucian diri
Mensucikan ucapan dan hati
Berpuasa di siang hari

Bulan ramadhan bulan suci
Penuh barokah dan pahala
Manusia ingin kembali fitri
Malaikat di langit pun ikut berdoa

Marhaban ya ramadhan
Mohon maaf atas segala kesalahan kami

Wassalam
Salam dari kota pahlawan


Tulisan sebelumnya












misteri-asal-usul-gajah-mada

Sunday, June 22, 2014

Misteri asal-usul ‘GAJAH MADA’



Assalamu alaikum wr wb.

Bila mendengar nama ‘Gajah Mada’ sobat Little Wawan pastinya sudah tahu mengenai dirinya yang seorang mahapatih, yang sudah mempersatukan nusantara dibawah kekuasaan kerajaan Majapahit. Tapi mengenai kisah hidupnya masih banyak yang belum mengetahuinya. Untuk itu blog Little Wawan akan mengupas asal-usulnya yang masih menjadi misteri, karena ada beberapa versi berbeda.


Versi ‘Babad Gajah Maddha’

Lontar babad Gajah Maddha ditulis oleh sastrawan jaman kerajaan Majapahit mengisahkan perjalanan hidup sang mahapatih. Dikisahkan sepasang suami istri dari kota Wilwatikta, bernama Curadharmawysa dan Nariratih. Keduanya lalu menjadi pendeta dibawah bimbingan Mpu Ragarunting di desa Lemah Surat.

Sang suami diberi nama baru Mpu Curadharmayogi, istrinya diberi nama baru Patni Nuriratih. Sang suami lalu tinggal di asrama Gili Madri, sedangkan istrinya tetap tinggal di Wilwatikta. Sesuai peraturan agama, bahwa pendeta tidak boleh berhubungan intim, meskipun keduanya adalah suami istri. Namun suatu saat mereka melakukannya, sehingga si istri hamil.

Tapi dalam kisah babad, diceritakan bahwa kehamilan itu karena hubungan si istri dengan Dewa Brahma yang menyamar menjadi si suami. Mungkin kebenaran tulisan babad ini penuh keraguan.

Akhirnya karena merasa malu terhadap gurunya dan orang sekitarnya, mereka berdua mengembara ke tempat yang jauh. Mereka pun sampai di daerah Gunung Semeru. Saat itu kandungan si istri sudah semakin besar. Sewaktu si istri mau melahirkan, mereka masuk ke sebuah pura atau bale agung di desa Maddha, dan sang bayi dilahirkan disana. Bayi itu pun ditinggalkan di bale agung dan mereka berdua pergi ke gunung. Oleh penguasa desa Maddha bayi itu dipungut, namun akhirnya sang bayi dibawa oleh seorang patih ke kota Wilwatikta. Karena ditemukan di desa Maddha, sang bayi diberi nama Maddha.


Saat dewasa, Maddha bergabung dalam pasukan tentara bhayangkara, dan selanjutnya menjadi patih di Kahuripan, kemudian menjadi patih di Kediri. Saat patih di Majapahit mengundurkan diri, Maddha ditunjuk sebagai penggantinya. Tambahan nama ‘Gajah’ kemungkinan adalah julukan atau gelar yang diberikan karena tubuhnya yang kuat & besar.

Versi cerita rakyat Lamongan

Di dalam cerita rakyat daerah Lamongan, disebutkan seorang selir kerajaan Majapahit, bernama Dewi Andong Sari, dikirim ke desa Cancing, dengan dikawal oleh tentara Majapahit. Saat itu Dewi Andong Sari sedang hamil. Adapun sang selir sebenarnya sengaja dibuang atau berniat untuk dibunuh oleh permaisuri Raja Raden Wijaya, yaitu permaisuri Dara Petak. Permaisuri khawatir bila nantinya putranya sendiri tidak bisa menjadi raja penerus Majapahit, bila nanti Dewi Andong Sari melahirkan bayi lelaki.

Bayi dari sang selir akhirnya lahir. Namun tidak berapa lama sang selir meninggal karena sakit. Dewi Andong Sari dimakamkan di Bukit Ratu, saat itu makamnya ada di daerah perbukitan yang tertutup oleh hutan belantara. Dan sang bayi dipungut oleh penguasa desa Cancing yaitu Ki Gede Sidowayah. Si penguasa desa sebenarnya tidak punya istri, sehingga sang bayi kemudian diasuh oleh adik perempuannya, yang disebut Janda Wura Wuri, di desa Modo, Lamongan. Sang bayi kemudian dipanggil dengan nama Joko Modo.


Joko Modo hidup sebagai penggembala kerbau, tapi dia tertarik untuk menjadi prajurit Majapahit. Sementara itu bapak angkatnya ,yaitu Ki Gede Sidowayah, mendapat hadiah dari kerajaan Majapahit yitu tanah perdikan di daerah Songgoriti Malang. Joko Modo pun diajak ke Songgoriti. Karena pengaruh nama besar bapak angkatnya, Joko Modo akhirnya bisa menjadi prajurit Majapahit.


Versi lainnya

Selain kedua versi yang dituliskan diatas masih ada beberapa versi lainnya. Misalnya ada yang menyebutkan bahwa Gajah Mada berasal dari Sumatra/Melayu. Karena nama ‘gajah’ sebenarnya asing untuk orang Jawa. Diperkirakan Gajah Mada merupakan tentara yang ikut dalam rombongan sang Putri Dara Petak dari Melayu menuju pulau Jawa.

Selain itu masih ada versi yang menyebutkan Gajah Mada berasal dari Kalimantan, karena dalam cerita rakyat Dayak, diceritakan tokoh Jaga Mada yang berhasil menyatukan nusantara.

Demikianlah sobat Little Wawan, mengenai asal-usul Gajah Mada, masih menjadi misteri karena belum ditemukan bukti-bukti sejarah yang kuat mengenai kelahiran dan masa kecilnya. Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan bacaan yang bermanfaat. Mungkin ada info lainnya, silakan dituliskan dalam kolom komentar.

Wassalam.
Salam dari kota pahlawan.

Sumber :

Tulisan sebelumnya :



Monday, June 16, 2014

Contact



Bila sobat Little Wawan ada pertanyaan, kritik, saran, penawaran untuk kami, jangan ragu untuk menghubungi kami.

Phone/Whatsapp : +6281331122195


Twitter : @little_wawan
Facebook : littlewawanblogger


Terimakasih.

About Me



Little Wawan adalah manusia sederhana yang tertarik kepada hal-hal di seputar arsitektur, otomotif, sejarah, religi, dan beberapa hal lainnya, yang dituangkan dalam tulisan-tulisan yang sederhana.

Little Wawan berusaha untuk terus meningkatkan kualitas materi tulisan sehingga menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik dari sobat Little Wawan

Kami juga berharap sobat Little Wawan bisa mendapat manfaat dari tulisan kami.

Monday, June 9, 2014

Sejarah Cheng Ho, Laksamana kasim dari negeri Cina(PART 2)





… Sambungan dari tulisan sebelumnya.

Berikut ini adalah 7 ekspedisi yang dilakukan oleh armada Cheng Ho :

Ekspedisi ke-1, tahun 1405-1407, meliputi Vietnam, Indonesia,India,Srilanka.
Daerah yang dilalui : Champa, Jawa, Palembang, Malaka, Aru, Samudera, Lambri, Srilanka, Qiulon, Kollam, Cochin, Calicut.

Ekspedisi ke-2, tahun 1407-1409, meliputi Vietnam, Indonesia, India, Srilanka.
daerah yang dilalui : Champa, Jawa, Siam, Cochin, Ceylon, Calicut.

Ekspedisi ke-3, tahun 1409-1411, meliputi Vietnam, Indonesia, Malaysia,India, Thailand.
Daerah yang dilalui : Champa, Jawa, Malaka, Semudera, Ceylon, Quilon, Cochin, Calicut, Siam, Lambri, Kayal, Coimbatore , Puttanpur

Ekspedisi ke-4, tahun 1413-1416, meliputi Vietnam, Malaysia, Indonesia, Srilangka, India, Afrika Timur, Oman, Yaman.
Daerah yang dilalui : Champa, Kelantan, Pahang, Java, Palembang, Malaka, Semudera, Lambri, Ceylon, Cochin, Calicut, Kayal, Hormuz, Maladewa, Mogadishu, Barawa, Malindi, Aden, Muscat, Dhofar.

Ekspedisi ke-5, tahun 1417-1419, meliputi Vietnam, Indonesia, Malaysia, Srilanka, India, India, afrika Timur, Oman, Yaman.
Daerah yang dilalui : Champa, Pahang, Jawa, Malaka, Samudera, Lambri, Bengal, Ceylon(Srilangka), Sharwayn, Cochin, Calicut, Hormuz, Maldives, Mogadishu, Barawa, Malindi, Aden
Ekspedisi ke-6, tahun 1421-1422, meliputi Vietnam, India, Afrika Timur, Oman, Yaman,  Somalia.
Daerah yang dilalui : Champa, Bengal, Ceylon, Calicut, Cochin, Maladewa, Hormuz, Djofar, Aden, Mogadishu, Brava.

Ekspedisi ke-7, tahun 1430-1433, meliputi Vietnam, Indonesia, India, Srilanka, Yaman, Tibet, Somalia, Arab Saudi.
Daerah yang dilalui : Champa, Jawa, Palembang, Malaka, Semudera, Andaman dan Nikobar, Bengal, Ceylon, Calicut, Hormuz, Aden, Ganbali (mungkin Coimbatore), Bengal,  Laccadive dan Kepulauan Maldive, Djofar, Lasa, Aden, Mekkah, Mogadishu, Brava .
Saat Cheng Ho mendatangi kota Mekkah, diperkirakan sekalian untuk beribadah haji.

Sebagai utusan dari Cina, Cheng Ho membawa kebudayaan Cina, dan mempengaruhi budaya kota yang disinggahinya. Dengan kedatangannya, Cheng Ho membuka hubungan persahabatan antara Cina dan Negara-negara lainnya. Dan kelak setelah kedatangan Cheng Ho, bangsa Cina mulai berdatangan di Negara-negara lainnya, sehingga terjadi pernikahan campuran antara bangsa Cina dan penduduk local.
Selain itu di daerah yang disinggahinya juga berkembang agama Islam yang dipengaruhi budaya Cina.

Sekembalinya armada Cheng Ho ke Cina, mereka membawa banyak hadiah, penghargaan, upeti juga utusan dan musuh yang ditangkap dari Negara-negara yang disinggahi. Selain itu cheng Ho membawa catatan perjalanan dari wilayah yang masih asing bagi kekaisaran Cina. Sayangnya banyak catatan Cheng Ho yang menghilang.

Karena perjalanan yang ditempuh sangat jauh dan lama waktunya, Cheng Ho membawa armada yang sangat besar. Dalam sejarah ditulis bahwa manusia yang dibawa sejumlah 27.800 orang. Kapal yang dibawa yaitu 62 kapal pengangkut harta, dan 190 kapal kecil. Sungguh merupakan armada yang sangat besar. Hal ini bermaksud untuk menunjukkan kekuatan militer Cina terhadap Negara lainya, sehingga ditakuti tanpa perlu berperang.
Kapal yang terbesar yaitu Bao chuan, kapal untuk komandan & wakilnya. Memiliki 9 tiang layar. Panjang 127 m, lebar 52 m. selain itu juga ada kapal-kapal terpisah lainnya, untuk membawa kuda dan upeti; untuk membawa supply awak armada; untuk membawa pasukan; kapal perang; kapal patroli; dan untuk membawa pasokan air tawar. Bila dibandingkan dengan kapal Colombus, kapal Cheng Ho terlihat jauh lebih besar.

Kaisar Yongle wafat tahun 1424, digantikan oleh putranya, Kaisar Hongxi dan selanjutnya Kaisar Xuande. Karena kekaisaran sedang menghadapi perang bangsa Mongol, anggaran ekspedisi Cheng ho dikurangi. Ekspedisi ke 7 merupakan ekspedisi terakhir.  Cheng Ho dijadikan pejabat di kota Nanjing.

Cheng Ho meninggal tahun 1435. Jenazah nya dimakamkan di laut sekitar Calicut-India. Sedangkan makam yang ada di Nanjing merupakan simbolis, karena tidak ada jenazah di dalamnya.

Itulah sepenggal kisah mengenai laksamana Cheng Ho, atau lebih dikenal sebagai Zheng He, yang merupakan tokoh pelaut dunia yang berasal dari negeri Cina. Mungkin ada info tambahan, atau saran dan kritik dari sobat Little Wawan, silakan untuk menuliskan komentar di bawah.

Wassalam.
Salam dari kota pahlawan.

Sumber :

Tulisan sebelumnya :