Assalamu alaikum wr wb.
Kali ini blog Little Wawan kembali mengulas mengenai dunia
sepeda motor, karena banyak hal menarik untuk diulas, salah satunya yaitu ‘café
racer’, atau bisa diartikan ‘pembalap café’.
Sebenarnya tidak dapat dipastikan kapan café racer ini
muncul, apakah tahun 1950an atau 1960an, di daerah Eropa (Inggris, Perancis). Seperti
saat ini, pada jaman itu juga sudah ada kompetisi balap motor tingkat dunia
maupun tingkat regional. Tentu saja ini memiliki pengaruh pada budaya
pengendara motor di jalanan yang juga menyukai gaya balap di motor pribadinya.
Banyak dari mereka menerapkan gaya motor balap. Kebetulan mereka juga suka
nongkrong di café. Sehingga timbul ejekan dari orang sekitarnya, terutama dari
supir truk, pada mereka, dengan panggilan ‘café racer’, maksudnya pemakai motor
gaya balap tapi sukanya nongkrong di café, bukan di sirkuit. Café yang terkenal
saat itu Ace Café London, café ini masih berdiri saat ini.
Budaya café racer terus berkembang saat itu. para penggemar
café racer memodifikasi mesin motornya, sehingga mencapai kecepatan tinggi.
Minimal dapat berlari 100 mil perjam (160 km/jam). Bayangkan dengan
keterbatasan teknologi otomotif disaat itu sudah mencapai kecepatan seperti
itu. 100 mil perjam diberi istilah ‘ton’. Sehingga pemuda café racer juga
disebut dengan ‘ton-up boys’.
Kegiatan café racer bukan hanya nongkrong di café, tapi juga
balapan. Start balap dimulai saat music rock di juke-box dimulai, lalu mereka
melaju secepat mungkin menuju titik tertentu, lalu balik lagi ke café, sebelum
music rock di juke-box berakhir. Untuk itu mereka juga disebut dengan istilah
‘rockers’. Saat itu tahun 1960an radio masih jarang digunakan sehingga juke box
yang menjadi hiburan music di café. Selain itu terkadang mereka balapan dari
kafe tertentu menuju kafe lainnya. Yang kalah balapan mentraktir minuman kepada
pembalap yang menang.
Pada awalnya motor yang digunakan adalah buatan Inggris,
yaitu Norton, Triumph, BSA, AJS. Terkadang mereka menggabungkan sasis dengan
mesin dari merk yang berbeda. Seperti sasis Norton dengan mesin Triumph,
disebut ‘Triton’. Atau sasis BSA dengan mesin Triumph, disebut ‘Tribsa’. Dengan
perpaduan ini membuat motor menjadi cepat di jalan lurus dan stabil di tikungan.
Ciri khas motor ini, yatu bentuk tangki yang ramping, kadang
bagian paha pengendara ditekuk ke dalam tangki sehingga bisa dijepit paha;
setir ditekuk ke bawah dan tidak lebar, sehingga posisi duduk merunduk dan
mudah selap-selip di jalan kota; pijakan kaki mundur; jok single seat; ada juga
yang pakai fairing kecil. Untuk bagian lainnya terkadang dilepas supaya motor
jadi ringan. Sehingga motor café racer terasa tidak nyaman, tapi cepat dan
ringan.
Café racer bisa dianggap sebagai cikal bakal sportbike
modern. Keberadaan mereka membuat pabrikan motor untuk menciptakan motor yang
bisa digunakan di jalanan dengan cepat dan stabil di tikungan. Dan akhirnya
budaya café racer memudar setelah pabrikan motor bisa menciptakan motor produksi
masal yang bisa lari cepat, tanpa perlu melakukan modifikasi.
Itulah sekelumit kisah mengenai café racer, yang ternyata
bukan hanya gaya seolah motor balap, tapi memang digunakan untuk balapan dan
nongkrong di café, dengan kecepatan minimal 100 mil/jam (160 km/jam).
Apabila ada sobat Little Wawan ingin menambahkan info, silakan
dituliskan di kolom komentar. Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan sobat
semuanya.
Wassalam.
Salam dari kota pahlawan.
Sumber :
tulisan sebelumnya :
1 comment:
what a great bikes , bagus artikelnya gan
Post a Comment